Menelusuri jejak pengembangan Tilawatil Qurʼan di Jawa Timur memang merupakan perjalanan yang menarik. Sejak zaman dahulu hingga saat ini, praktik membaca Al-Qur’an dengan merdu tetap menjadi bagian penting dari budaya masyarakat Jawa Timur. Dari masa ke masa, tradisi ini terus berkembang dan semakin diapresiasi oleh masyarakat.
Menurut sejarah, pengembangan Tilawatil Qurʼan di Jawa Timur sudah dimulai sejak abad ke-13. Pada masa itu, tilawah Al-Qur’an dipraktikkan secara turun-temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa Timur. Prof. Dr. Azyumardi Azra, seorang sejarawan Islam Indonesia, menyebutkan bahwa “tradisi tilawah Al-Qur’an di Jawa Timur memiliki nilai historis yang sangat penting dalam memperkuat identitas keislaman masyarakat Jawa Timur.”
Salah satu tokoh yang berperan penting dalam pengembangan Tilawatil Qurʼan di Jawa Timur adalah KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Beliau sangat vokal dalam memperjuangkan pentingnya memahami dan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Menurut KH. Hasyim Asy’ari, “Tilawatil Qur’an bukan hanya sekadar membaca, tetapi juga memahami dan meresapi makna yang terkandung di dalamnya.”
Hingga kini, tradisi Tilawatil Qurʼan terus berkembang di Jawa Timur. Banyak lembaga pendidikan dan pesantren yang mengadakan pelatihan tilawah Al-Qur’an bagi para santri dan masyarakat umum. Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap pengembangan Tilawatil Qurʼan semakin meningkat dari masa ke masa.
Dalam konteks ini, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, seorang pakar studi Islam di Indonesia, menyatakan bahwa “pengembangan Tilawatil Qurʼan di Jawa Timur harus terus didorong agar generasi muda dapat terus menghargai dan memperkaya tradisi ini.” Dengan demikian, tradisi Tilawatil Qurʼan di Jawa Timur akan terus hidup dan berkembang untuk generasi mendatang.